PENDEKATAN KONTEKSTUAL / CONTEXTUAL TEACHING and LEARNING (CTL)
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris
approach yang salah satu artinya adalah “Pendekatan”. Dalam pengajaran,
approach diartikan sebagai a way of
beginning something ‘cara memulai sesuatu’. Karena itu, pengertian
pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi,
pendekatan berarti seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar.
Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang sesuatu, suatu filsafat, atau
keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya. Pendekatan ini bersifat
aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang digunakan tidak
dipersoalkan lagi.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teorItis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
a.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach), dimana pada
pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
b.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach), dimana pada
pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran terdiri dari
beberapa macam. Salah satunya ialah Pendekatan Kontekstual / Contextual
Teaching and Learning (CTL)
1.
Pengertian
Pendekatan
kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan
pembelajaran yang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks
kehidupan sehari-hari siswa (Muslich, 2007). Pendekatan kontekstual melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik (Depdiknas,
2007). Menurut US Departement of Education menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam
konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status
apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa
yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang
bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
2.
Komponen Utama Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan
yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret melalui keterlibatan
aktivitas siswa mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian
pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, melainkan juga dari sisi
proses. Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang harus
dikembangkan menurut Ditjen Dikdasmen (dalam Hernawan, dkk., 2007: 158-160)
sebagai berikut:
a)
Kontruktivisme (Contructivisme)
Pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Pengetahuan bukan seperangkat fakta dan konsep yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi
makna melalui pengalaman yang nyata.
b)
Menemukan (Inquiry)
Pengetahuan dan
keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan
hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan
sendiri.
c)
Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang
dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Melalui penerapan bertanya,
pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil belajar yang
lebih luas dan mendalam, dan akan banyak ditemukan unsur-unsur lain yang
terkait yang sebelumnya tidak terpikirkan baik oleh guru maupun siswa.
d)
Masyarakat Belajar (Learning
Community)
Membiasakan
siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari
teman-teman belajarnya. Jadi, hasil pembelajarannya diperoleh dari kerja sama
dengan orang lain melalui berbagai pengalama.
e) Pemodelan (Modeling)
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan guru bukanlah satu-satunya sumber
belajar bagi siswa. Pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk
mengembangkan pembelajaran agar bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh
dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
f)
Refleksi (Reflection)
Kemampuan untuk
mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dunia nyata yang
dihadapi siswa akan mudah diaktualisasi ketika pengalaman belajar itu telah
terinternalisasi dalam setiap jiwa siswa. Jadi refleksi yang merupakan cara
berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari sangat penting
diberikan di setiap pembelajaran.
g)
Penilaian Sebenarnya (Authentic
Assessment)
Penilaian adalah
suatu proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan
gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa.
3.
Langkah – langkah Pembelajaran Kontekstual
Sebelum
melaksanakan pembelajaran, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat
skenario pembelajaran sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol
dalam pelaksanaannya. Menurut Trianto (2009: 111) menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
a) Mengembangkan pemikiran anak bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b)
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri
semua topik.
c)
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya.
d)
Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok).
e)
Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f)
Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
g)
Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara.
4.
Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual
Penerapan pendekatan
kontekstual pada pembelajaran tematik ini pasti ada kelebihan dan
kekurangannya. Berikut ini adalah kelebihan pendekatan kontekstual.
a) Pembelajaran lebih bermakna, artinya siswa
melakukan sendiri kegiatan yang berhubungan dengan materi yang ada sehingga
siswa dapat memahaminya sendiri.
b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran kontekstual
menutut siswa menemukan sendiri bukan menghafal.
c) Menumbuhkan keberanian siswa mengemukakan
pendapat tentang materi yang dipelajari.
d)
Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang
dipelajari dengan bertanya kepada guru.
e) Menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama dengan
teman yang lain untuk memecahkan masalah yang ada.
f)
Siswa dapat membuat kesimpulan sendiri kegiatan
pembelajaran.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan kontekstual yaitu sebagai berikut:
a) Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti
pembelajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan
teman lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri.
b) Perasaan khawatir pada anggota kelompok
akan hilangnya karakteristik siswa karena harus menyesuaikan dengan
kelompoknya.
c) Banyak siswa yang tidak senang apabila
disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus
bekerja melebihi siswa yang lain dalam kelompoknya.
5.
Hasil Penelitian Yang Menggunakan
Pendekatan Kontekstual
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ali Syahbana
dalam artikel yang berjudul Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning didapat
hasil bahwa berdasarkan temuan yang telah dikemukakan sebelumnya pada artikel
tersebut dapat diambil beberapa simpulan yang berkaitan dengan pendekatan
pembelajaran, pengetahuan awal matematika (PAM), dan peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yaitu sebagai berikut.
a) Terdapat perbedaan signifikan dalam
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara yang
pembelajarannya menggunakan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning dan menggunakan Pendekatan Konvensional.
b) Terdapat perbedaan signifikan dalam
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa pada level
pengetahuan awal matematika tinggi, sedang, dan rendah.
c) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan
pembelajaran dan level pengetahuan awal matematika siswa terhadap peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Penelitian lain yang menggunakan pendekatan kontekstual ialah Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) Pada Materi Ruang Dimensi
Tiga menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNJA yang ditulis oleh Husni Sabil.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan :
1. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran materi Ruang Dimensi Tiga. Kesempurnaan Kualitas pembelajaran
tersebut untuk staf pengajar mencapai 87,1%, sedangkan kualitas kegiatan
mahasiswa mencapai 83%.
2. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) dapat meningkatkan Hasil belajar materi
Ruang Dimensi Tiga. Hasil belajar tersebut mencapai tingkat penguasaan sebesar
77%.
REFERENSI
Sabil, Husni. 2011. Penerapan Pembelajaran Contextual
Teaching & Learning (CTL) Pada Materi Ruang Dimensi Tiga menggunakan Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika FKIP UNJA. Edumatica Volume 01 Nomor 01, April 2011. Universitas
Jambi.
Syahbana, Ali. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching And
Learning. Edumatica Volume 02 Nomor 01 , April 2012. Universitas
Muhammadiyah Bengkulu
Harun,
Lukman. 2010. Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Ditinjau
Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas Vii Smp Negeri Kabupaten Sukoharjo. Tesis.
Universitas Negeri Sebelas Maret.
https://www.duniapembelajaran.com/2014/07/model-pembelajaran-kontekstual.html diakses
pada Minggu, 25 Maret 2018. Pukul 16:31 WIB
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/03/pengertian-tujuan-dan-strategi.html diakses
pada Minggu, 25 Maret 2018 Pukul 17:15 WIB
http://education-mantap.blogspot.co.id/2010/06/langkah-langkah-pembelajaran.html
diakses pada Minggu, 25 Maret 2018. Pukul 17:18 WIB
Comments
Post a Comment